MENGENAL BENTUK TEMA DAN VARIASI PERIODE MUSIK KLASIK (1750-1825)

MENGENAL BENTUK TEMA DAN VARIASI PERIODE MUSIK KLASIK (1750-1825)
Kata Pengantar: Artikel ini mengulas bentuk tema dan variasi sebagai salah-satu bentuk karya musik masa Klasik, disamping bentuk lainnya seperti bentuk sonata dan bentuk rondo yang pernah popular masa itu. Bahasannya masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, masukan berupa penambahan informasi, koreksi, dan kritik masih diperlukan guna menyempurnakan artikel ini. Diharapkan pula untuk tidak melakukan pembajakan terhadap artikel ini. Semoga bermanfaat bagi pembaca dalam memahami bentuk Tema dan Variasi masa Klasik. Terima kasih…

Pendahuluan: Tentang Bentuk Tema dan Variasi.
Karya-karya berbentuk tema dan variasi di masa Klasik (antara 1759 - 1825) sangat banyak ditemukan. Bentuk komposisi ini dapat ditemukan pada movement simfoni, konserto, sonata untuk piano maupun musik kamar (kuartet atau kuintet). Beberapa composer masa Klasik, seperti Haydn, Mozart, Beethoven, maupun Schubert, pernah membuat karya-karya berbentuk tema dan variasi ini. Salah-satunya terdapat pada movement sonata untuk piano ciptaan W.A. Mozart no. 16 dalam A mayor K.331. Bentuk tema dan variasi umumnya memiliki strukttur sebagai berikut:
Bagian Tema: Bagian ini hadir di awal karya, sebagai bagian yang mengandung gagasan atau ide dasar. Dalam beberapa karya W.A. Mozart, Bagian Tema ini memiliki tema A sebagai tema utama dan tema B sebagai tema penyeimbang. Ke dua tema tersebut dikemas dalam dua sub bagian. Keseluruhan dua sub bagian ini berstruktur A-A’ (sub bagian pertama) dan B-A’’ (sub bagian ke-dua). Setiap sub bagian sering kali mendapat perulangan (A-A’-A-A’-B-A’’-B-A’’). Dimasa kini, struktur A-A-B-A ini menjadi struktur standar musik pop pada umumnya.
Bagian Variasi: Bagian ini memiliki sejumlah bagian yang terangkai dalam bagian variasi 1, variasi 2, variasi 3, dan seterusnya. Bagian variasi merupakan bagian yang mengolah atau semacam gaya meng”improvisasi” bagian temanya.
Setiap variasi juga mempunyai durasi yang relative. Adakalanya terdapat beberapa variasi yang tidak sama durasinya seperti pada bagian tema. Hal ini terkait dengan kepentingan ide pengolahan karya, misalnya yang terjadi pada variasi ke-lima dan ke-enam di Sonata untuk piano no 16, A mayor karya W.A. Mozart).
Perubahan melodi, harmoni, iringan, tonalitas, tempo, warna, tekstur, atau dinamik pada bentuk tema dan variasi ini juga bisa saja terjadi. Sebagai contoh misalnya, keberadaan kalimat/frase dalam melodi tema, dapat hadir pada level yang lebih rendah dibagian variasinya. Pada variasi lain, ditemukan pula perubahan tonalitas mayor menjadi tonalitas minor. Hal ini merupakan alternatif dari sejumlah kemungkinan pilihan lain yang diinginkan komposernya untuk mengolah tema. Kemungkinan lain, variasi juga dapat dihadirkan dalam perubahan macro beat menjadi micro beat bersaman dengan variasi melodi, harmoni, atau irama. Setiap variasi itu unik karena kahadiran rekayasa tema yang beragam.
Antara bagian variasi yang satu dengan bagian variasi lainnya dapat saling berkait (bersambung), tetapi dapat pula tidak berkait oleh karena jeda saat pergantian bagian variasi-variasi tersebut. Hal ini dapat diamati pada salah-satu movement Simfoni no. 94 (Surprise), dari F.J. Haydn, yang tidak memiliki jeda diantara bagian tema dengan bagian variasinya maupun antar bagian variasi-variasinya bila dibandingkan dengan first movement Sonata untuk piano no. 16/A mayor K.331 dari W.A. Mozart yang akan dijelaskan berikut ini.

Bentuk Tema dan Variasi Pada First Movement Sonata Untuk Piano No. XVI KV. 331 Karya W.A. Mozart
Bentuk tema dan variasi dalam Sonata untuk piano no. 16 K. 331 (first movement) dari W.A. Mozart misalnya, memiliki bagian tema yang terdiri dari tema A dan tema B. Ke dua tema ini menurut hemat penulis, mempunyai hubungan substantif. Bila diperhatikan , 8 (delapan) ruas birama pertama di awal tema A, memiliki unsur intervalis 5 (lima) nada yang sama seperti pada 4 (empat) ruas birama di ruas ke-lima hingga ruas ke-delapan di tema B. Hanya saja, unsur intervalis pada tema A memiliki pola pergerakan turun dari nada pokok ke ters di nada atasnya serta berhenti di nada ke-dua dari tonalitas tema. Sedangkan unsur intervalis di tema B juga bergerak turun namun dengan pola pergerakan nada atas, ters turun ke nada pokoknya, dan berhenti pula di nada ke-dua dari tonalitas tema. Hubungan tema A dan B yang substantif ini oleh penulis terkesan sebagai hubungan substansi tema A dan tema B yang berkontras. Substansi tema B tersebut juga merupakan penurun ketegangan yang dibangun di 4 (empat) ruas birama awal tema B sebelumnya.
Bagian tema dan enam bagian variasi dalam first movement karya ini lebih terkesan terpisah-pisah, dimana setiap bagiannya, lebih mandiri (tidak berkait). Kemandirian itu, terkesan oleh karena penggunaan jeda saat pergantian dari bagian tema ke bagian variasinya, ataupun jeda saat pergantian antar bagian variasi-variasinya. Selain jeda yang memberi kesan kemandirian bagian tema atau kemandirian bagian variasi-variasinya itu, juga disebabkan oleh dua aspek lainnya.
Aspek pertama, oleh karena struktur di bagian temanya. Bagian tema ini dapat dibedakan dalam dua sub bagian. Pada karya Sonata untuk piano Mozart no. 16 K.331, bagian tema maupun bagian variasi-variasinya memiliki rangkaian struktur A-A’-A-A’-B-A’’-B-A’’. Rangkaian struktur ini berakhir pada A’’. Pada akhir tema A’’ ini, terdapat kalimat perpanjangan/augmentasi berbingkai kadens V-I yang memberi kesan bahwa bagian tema secara keseluruhan telah berakhir/selesai. Setelah jeda sejenak, maka bagian tema ini dilanjutkan ke bagian variasi pertama dengan struktur yang sama seperti bagian tema. Agar lebih mudah memahaminya, dapat dilihat pada skrip musik Sonata untuk piano No. 16/KV. 331 (first movement) dari W.A. Mozart di buku kumpulan karya piano sonata dari W.A. Mozart oleh Epstein, 1918 : 242 – 249.
Dalam persepsi subjektif penulis, kalimat augmantasi dengan kadens perfek diakhir tema A’’, memberi kesan semacam pernyataan konklusi sekaligus coda-ending bagian tema. Mengingat 4 (empat) ruas menjelang akhir tema A’’ diambil dari elemen yang terdapat pada 2 (dua) ruas birama pertama (ruas ke-1 dan sebagian ruas ke-2) di awal tema A, serta 2 (dua) ruas birama (ruas ke-dua dan sebagian ruas ke-tiga) di awal tema B.
Kehadiran kalimat augmentasi ini serta keberadaan jeda diantara bagian tema dengan bagian variasinya itu memberi kesan bagian yang mandiri dan tidak terkait dengan bagian-bagian variasinya. Demikian pula kesan kemandirian yang terdapat pada setiap bagian variasinya. Kesan kemandirian bagian tema maupun bagian variasinya punya hubungan yang kuat, karena masing-masing variasinya itu berbayang/berlatar bagian tema.
Sementara aspek ke-dua yang juga membangun kesan kemandirian pada first movement Sonata untuk piano tersebut, adalah pada ke enam variasinya. Setiap variasi, mengolah tema dengan cara yang berbeda-beda dan khas. Perbedaan-perbedaan yang khas pada masing-masing variasi ini diolah secara material oleh Mozart. Hal yang sama untuk bentuk tema dan variasi juga dilakukan Mozart, misalnya pada karya untuk piano ‘Twinkle-Twinkle Little Star’.
Variasi pertama, tema diolah dalam satuan ketukan yang lebih kecil (micro beat). Mozart mengolah satuan not 1/8 yang terdapat pada bagian tema, menjadi satuan not 1/16. Pengolahan micro beat pada variasi pertama ini, seolah-olah memberi kesan bahwa tema bergerak lebih cepat dibandingkan bagian tema. Skrip bagian variasi pertama Sonata untuk piano No. XVI/KV. 331 (first movement) dari W.A. Mozart ini, dapat dilihat dalam buku kumpulan karya-karya sonata untuk piano oleh Epstein, 1918 : 242-249.
Variasi ke-dua, materi karya diolah dalam kesan yang lebih ornamentik. Banyak dijumpai nada pada melodi atasnya ditambbahkan hiasan berupa kombinasi appogiatura, trill, stakato, dan arpejio. Sementara untuk nada-nada yang lebih rendah, juga menggunakan ornamen-ornamen appogiatura. Memberi kesan dialogis yang nyata antara jalur melodi diatasnya dengan jalur melodi dibawahnya. notasi bagian variasi ke-dua piano sonata No. XVI/KV. 331 W.A. Mozart ini, dapat dilihat dalam kumpulan karya-karya sonata untuk piano oleh Epstein, 1918 : 242-249.
Sedangkan variasi ke tiga, materi tema diolah dengan melakukan perubahan tonalitas. Tema yang bertonalitas A mayor, diubah kedalam tonalitas A minor (pararell senama) untuk memberi kesan karya lebih cantabile. Kesan ini, juga diperkuat dengan mengubah tempo dalam satuan not 1/8 menjadi M.M. 112 serta suasana yang lebih legato. Skrip bagian variasi ke-tiga Sonata untuk piano No. XVI/KV. 331 (first movement) dari W.A. Mozart ini, dapat dilihat dalam buku kumpulan karya sonata untuk piano oleh Epstein, 1918 : 242 – 249.
Sementara pada variasi ke empat, tema diolah kedalam tekstur yang lebih homofon, sehingga melodi terkesan lebih tebal. Kesan tebal ini terjadi karena hamper setiap nada-nada dalam melodi, ditambahkan nada-nada lain dalam interval sekt atau ters. Kesan homofon terjadi oleh karena pergerakan not ganda ini senantiasa bergerak searah. Skrip bagian variasi ke-empat, Sonata untuk piano No. xvi/kv. 331 (first movement) dari W.A. Mozart ini, dapat dilihat dalam buku kumpulan karya-karya sonata untuk piano oleh Epstein,1918: 242-249.


Pada variasi ke-lima, tema diolah dengan cara mengaugmentasikan karya. Karya terasa menjadi lebih panjang dari biasanya, karena setiap kalimat tema dikembangkan dengan menyisipkan nada-nada atau melodi tambahan. Kesan augmantasi menjadi lebih nyata lagi karena diperkuat oleh tiga aspek lainnya. Hampir setiap kalimat di dalam tema pada fariasi ke-lima ini,di kembangkan dalam gaya yang improvisatif. Untuk memperkuat kesan augmentative,tempo Andante pada tema aslinya diubah menjadi lebih lambat (dalam tempo Adagio). Disamping itu pula,kesan augmentatif diperkuat dengan mengubah tempo dari satuan ketukan tema aslinya. Satuan ketukan yang semula 1/8 dalam m.m.120 diubah menjadi m.m.60. Skrip bagian variasi ke-lima, Sonata untuk piano No. xvi/kv. 331 (first movement) dari W.A. Mozart ini, dapat dilihat dalam buku kumpulan karya-karya sonata untuk piano oleh Epstein,1918:242-249.
Sedangkan pada variasi terakhir yakni variasi ke-enam,Mozart mengolah tema menjadi lebih singkat. Kesan ini terasa kontras dibandingkan kesan yang terdapat pada variasi ke-lima. Variasi ke-enam, Mozart mengolahnya secara diminuasi. Untuk memperkuat pengolahan secara diminuasi,Mozart mengubah tempo tema dari andante grazioso menjadi tempo allegro. Kesan diminuasi, juga di perkuat dengan cara mengubah satuan not ¼ sebagai satuan ketukannya, menjadi M.M. 116,serta mengubah birama ¾ di bagian tema, menjadi birama 4/4. Kesan tema menjadi lebih singkat dan padat. Skrip bagian variasi ke-enam Sonata untuk piano No. xvi/kv. 331 (first movement) dari W.A. mozart ini, dapat dilihat dalam buku kumpulan karya sonata untuk piano oleh Epstein,1918:242-249.




Karya tema dan variasi dari Mozart diatas,secara keseluruhan mungkin terkesan sebagai gaya Mozart yang ingin mengajak apresiatornya untuk sesekali ‘bermain-main’ secara matematis. Sebuah gaya komposisi ala Mozart yang khas. Kita mungin akan tersenyum bila kita dapat memahami kenakalan Mozart pada karya tersebut.
Seperti telah disampaikan diatas, tema dan variasi,umumnya marupakan bentuk dengan tema sebagai bagian awalnya. Temanya bisa berasal dari gagasan komposernya sendiri,seperti halnya yang dibuat oleh Mozart pada karya Sonata untuk piano kv. 331 (first movement) diatas. Tetapi tema karya bisa juga berasal atau “pinjam” dari karya orang lain. Seperti yang di lakukan oleh Ludwig van Beethoven atau F.Joseph Haydn. Karya yang berbentuk tema dan variasi dari Beethoven misalnya, meminjam sedikit bagian wals orang lain. Ia meletakan bagian ini dalam karya berbentuk tema dengan 33 variasi yang brilian. Model tema dan variasi yang umum, adalah tema dengan setidaknya 3-6 variasi.

C. Bentuk Tema Dan Variasi Dari F. Joseph Haydn Dalam Simfoni Surprise.
Contoh lain tentang tema yang mengambil/meminjam dari tema lain, dapat kita temukan, pada Simfoni No. 94 (surprise) dalam G mayor (movement ke-dua/Andante),ciptaan F. Joseph Hyden. Simfoni movement ke-dua ini,adalah contoh tema dan variasi yang mengutip dan memodifikasi lagu rakyat inggris. Mendengarkan tema dari second movement simfoni ini,mengingatkan kita pada lagu rakyat anak-anak Inggris, yakni Twinkle-Twinkle Little Star. Setidaknya, tema utama karya Simfoni dari Haydn tersebut menggunakan 14 not yang sama terdapat dalam tema A lagu Twinkle-Twinkle Little Star. Empat belas not pertamanya, relative juga sama-sama menggunakan pergerakan interval naik-turun-turun. Ke empat belas notnya pun menggunakan nilai not yang sama. Terdapat pula 6 not ganda yang ditempatkan pada posisi yang sama, serta penggunaan aksen-aksen pada posisi yang sama pula.
Simfoni ini di awali dengan penggalan melodi, yang beraksen (stakato)dan dalam volume yang lembut. Pada bagian selanjutnya,kita dikejutkan sesaat oleh tekanan sebuah akor yang kuat, keras, dan tiba-tiba. Apakah karena tekanan kuat keras, dan tiba-tiba pada sebuah akor tersebut, maka karya simfoni ini kemudian disebut sebagai Simfoni Surprise? Mirip seperti yang dilakukan oleh Tchaikovsky pada karya Overture 1812 yang juga menggunakan penggalan lagu rakyat Rusia.
Ada empat variasi yang dibuat oleh Haydn sang composer dalam menciptakan Simfoni Surprise, dimana tema ini berubah-ubah dari sisi warna nada,dinamika,irama,dan melodi. Seringkali melodi aslinya diiringi dengan melodi lain yang baru, sebagai kontra melodi. Selanjutnya kombinasi dari dua melodi yang kontras ini ,menghasilkan tekstur polifoni yang menarik.
Dalam bagian variasinya,tema di hadirkan melalui tonalitas minor yang berkombinasi dengan tonalitas mayor. Variasi terakhir,diikuti oleh bagian penutup, dimana accompaniment disatu sisi terasa gagah,tetapi juga disisi lain memberikan suatu kesan warna yang gelap. Temanya sendiri diciptakan dalam dua kalimat yang memiliki tiga sub tema (a-b-a-c). Masing-masing kalimat tersebut, membentuk tema utuh, karena disusun dari sebuah kalimat terbuka (a-b) yang dilanjutkan dengan sebuah kalimat tertutup (a-c). Karya ini juga menjadi conto yang baik untuk bentuk tema dan variasi yang terkait/bersambungan),sehingga kita tidak hanya mendapatkan bentuk tema dan variasi nya sebagai bagian-bagiannya yang terpisah/mandiri.
Kita juga dapat menjumpai tema dan variasi sejenis, dalam Piano Kuintet The Trout karya Franz Schubert.

Bentuk Tema Dan Variasi Dalam Karya Piano Kuintet, D. 667 The Trout Dari F. Schubert
Karya ini merupakan contoh yang menarik pula,untuk tema dan variasi yang terkait. Karya ini memiliki tema dengan enam variasi yang diolah secara material pula. Karya dibuka dengan menghadirkan tema utama dalam dua tema yang diulangi (A-B-A-B).
Variasi pertama, tema disajikan melalui pengolahan warna dan sekaligus pengolahan secara ornamentik. Pengolahan warna di lakukan dengan pergantian alat musik yang berperan di melodi utama. Pergantian dari biola ke alat musik piano ini,sekaligus mengolah melodi utama dengan hiasan-hiasan nada(ornamen).
Variasi ke-dua,tema diolah secara tekstural dengan menampilkan tiga jalur melodi. Melodi utama diletakkan pada jalur tengah dan dimainkan oleh biola dan biola alto. Sementara jalur melodi atas memainkan nada yang lebih tinggi dan dikembangkan berdasarkan melodi utamanya, serta diolah dalam satuan ketukan yang lebih kecil (micro beat). Sedangkan permainan piano,berada di jalur tiga dan bertindak sebagai pemberi respon terhadap melodi utama(kesan dialogis). Bagian variasi ini terkesan seperti tekstur yang polifonik.
Pada variasi ke tiga , konsep tekstural yang terdapat pada variasi ke-dua sebelumnya, masih dipertahankan. Bedanya bila jalur atas pada variasi ke-dua di perankan oleh biola, maka pada variasi ke-tiga ini, jalur atas di gantikan posisinya oleh permainan piano yang legato serta bergerak dalam satuan ketukan yang mikro.
Sementara jalur tengah berperan sebagai jalur melodi utama. Jalur ini dibawakan oleh permainan cello. Bergerak dalam wilayah satu oktaf lebih rendah dari jalur melodi aslinya. Melodinya dimainkan secara stakato oleh cello. Pada jalur ke -tiga, dibawakan secara staccato oleh biola dan juga bertindak sebagai pemberi pulsa/ketukan dasar. Variasi ini terkesan mengolah konsep ekspresi kontras (legato versus stakato).
Variasi ke-empat, adalah Variasi tema dalam perubahan dinamika yang kontras. Diawali oleh dinamika keras dalam satu kalimat, yang kemudian direspon oleh dinamika lembut pada phrase berikutnya. Bagian variasi ke-empat ini , diakhiri dalam suatu suasana yang lebih minor.
Variasi ke-lima, tampaknya Schubert ingin mengolah tema dalam perubahan tonalitas . Tema asli yang memiliki tonalitas mayor ,diubah dalam tonalitas minor dengan diantarkan terlebih dahulu oleh bagian akhir dari variasi ke-empat. Suasana minor menjadi lebih kuat lagi , oleh karena dukungan tempo yang lebih lambat dibandingkan dengan tempo tema aslinya. Cara pengolahan dengan pengubahan tonalitas mayor ke minor ini, mengingatkan kita pada variasi ke-tiga dari karya Sonata untuk piano kv. 331 (first movement) dari W.A. Mozart yang telah dibahas di atas.
Variasi terakhir yakni variasi ke-enam, Schubert ingin mengakhiri karya berbentuk tema dan variasi ini melalui pengolahan materi tema secara diminuasi . Variasi ke-enam ini lebih singkat,karena Schubert mengubah metris yang panjang menjadi lebih singkat, sehingga kesan aksentuasi tampak lebih jelas. Kesan diminuasi ini ,juga di perkuat oleh karna perubahan tempo yang lebih cepat dari tempo bagian tema aslinya.

Catatan tambahan:
Bentuk Tema dan variasi hingga Abad 20 masih digunakan untuk komposisi-komposisi baru. Tercatat juga dalam sejarah bahwa bentuk Tema dan variasi ini digunakan pula dalam beberapa komposisi Jazz New Orleans yang berkembang sekitar Tahun 1920-an di Amerika Serikat. Hanya dalam genre Jazz tersebut, tema adakalanya muncul dua kali, yakni pada awal dan akhir karya. Sementara bagian variasi-variasinya diformat dalam bingkai chorus-chorus yang membingkai permainan improvisasi instrument tunggal ataupun kolektif. Setiap chorus membingkai permainan vocal, piano, banjo, perkusi, kontra bas, ataupun salah-satu dari instrument front line (trumpet/kornet, clarinet/saksofon, ataupun trombone), juga group band-nya. Sehingga kesan variasi ini lebih terkesan permainan ritmik, level dan warna yang improvisatif.

(Dari artikel penulis dalam Majalah Staccato no. 80/ Bulan Mei Tahun 2009 yang direvisi dan dilengkapi kembali pada saat ini)

Memaknai Kegelapan

Memaknai Kegelapan

Kegelapan diujung langit
Menyembunyikan siapa?
Bintang-bintang atau singgasana Tuhan….?

Bagai penyair nasib kita
Jelajahi kehidupan
Dari balik kegelapan
Tuhan dengar tangisannya

Interlude:
Rahasia di balik kehidupan
Menceritakan apa…?
Kisah kita atau rahasia-rahasia

Unison: C

Bagaikan malam
Yang teduhkan Dunia
Bertabur bintang-bintang
Menyerahkan nasib pada yang kuasa

Sedangkan rembulan,
sang rembulan
Bersembunyi di balik awan…

Do'a

DO'A
Kutadahkan tangan Seraya mulut melumat do'a
Dan lidahku pun menari-nari menyebut asma Mu

Sampai aku sadar dalam gelap
Butalah mata ini…
Sampai aku sadar dalam gelap
Butalah hati ini…

Dalam awan hitam aku bernyanyi
Mendamba penawar rindu menyapaku…

Merayu agar terbuka…… Tirai yang tertutup
Lewat gemuruh do'a…..

I sing in the dark cloud
Long for consolation bewitched me
Flattering to open the closed screen
With the thunder of pray….

I receive in hand while the pray surround of my lips
Recite your might….

Sejarah Musik Klasik sejak Musik Gregorian tahun 590

Musik Klasik dimulai dengan penemuan Notasi Gregorian tehun 590 oleh Paus Agung Gregori, berupa balok not dengan 4 garis, namun notasi belum ada hitungannya. Paus Gregory semasa hidupnya telah mencatat lagu-lagu Gereja dengan Notasi Gregorian tersebut. sebelum tahun 590 musik mengalami kegelapan tidak ada peninggalan tertulis yang dapat dibaca.

Notasi Gregorian Tahun 590
Notasi musik lahir pada tahun 590 yang disebut Notasi Gregorian, yang ditemukan oleh Paus Agung Gregori, di mana sebelumnya musik mengalami kegelapan tidak ada peninggalan tertulis. Pada masa hidupnya Paus Gregori telah menyalin ratusan lagu-lagu Gereja dalam Notasi Gregorian tersebut. Notasi ini memekai 4 garis sebagai balok not, tetapi belum ada notasi iramanya (hitungan berdasarkan perasaan penyanyi. Di sini sifat lagu masih sebagai lagu tunggal atau monofoni.

Musik Organum 1150-1400
Pada awalnya orang menyanyi dengan nada yang sama, atau disebut dengan organum, nada atas dinyanyikan oleh wanita atau anak-anak, sedangkan nada rendah dinyanyikan oleh laki-laki. Di sini terjadi susunan lagu berjarak oktaf, suara tinggi (wanita/anak-anak) dan suara rendah (laki-laki).

Musik Diafoni 1400-1600
Ternyata tidak semua dapat mengikuti suara tinggi atau suara rendah.Oleh sebab itu diputuskan untuk membuat suara yang kuart lebih rendah mengikuti melodi, kuart tinggi maunpun kuart rendah, dan musik yang demikian ini disebut musik diafoni (dia=dua, foni=suara).

Basso Ostinato Tahun 1600
Orang-orang Italia pada tahun sekitar 1600 menemukan apa yang disebut Basso Ostinato atau Bass yang bergerak gendeng atau gila, berupa rangkaian nada-nada yang bergerak selangkah demi selangkah ke bawah atau ke atas, kemudia diulang pada rangkaian nada lain.

Musik Polifoni Era Barok 1600-1750
Ternyata suara yang mengikuti sama dengan melodi menjadi membosankan, maka mulailah suara tidak bergerak secara sejajar, maka mulailah dengan arah yang berlawanan. Komponis Giovani Perluigi da Palestrina (1515-1594) adalah perintis tentang hal ini, dan disusun teori mengenai musik melodi banyak (polifoni), sehingga setiap nada atau titik (punctus=point) bergerak secara mandiri atau berlawanan (counter), di sinilah lahir teori kontrapun (counterpoint=kontrapunt).
Johan Sebastian Bach (1685-1750) adalah salah satu empu musik polifoni dengan teknik kontrapun yang sangat tinggi, karema disusun seperti matematik. Hampir semua komponis Era Barok (1600-1750) menyusun dengan teknik kontrapun, misalnya George Frederic Handle dari Inggris, Jean Remeau dari Pernacis, Correli dari Itali, dlsb. Lagu rakyat dengan gaya polifoni adalah Papa Yakob.
Pada awalnya orang menyusun dengan Kontrapun Terikat atau Strict Counterpoint, namun kemudian menadapat kebebasan berdasarkan teori Kontrapun Bebas atau Free Counterpoint.

Musik Homofoni Era Klasik 1750-1825
Selanjutnya pada Era Klasik (1750-1825) ditemukan susunan akord yang berdasarkan tri-suara (triad), selanjutnya berkembang dengan empat suara atau lebih. Musik yang demikian ini disebut Musik Homofoni, sehingga kontrapun menjadi variasi melodi yang kontrapuntis.

Musik Klasik Era Romantik 1820-1910
Hampir tidak banyak perubahan dalam kontrapun dan harmoni secara fundamental pada Era Romantik (1820-1910), namun ada kemajuan dalam orketrasi lengkap (dengan penemuan alat musik). Era ini adalah yang terakhir dan masih dapat diterima dengan pendengaran masyarakat umum. Terutama pada musik opera, musik balet, dan walsa wina.
Musik Klasik Modern 1910-sekarang
Musik Modern dengan Musik Atonal dan Politonal telah jauh dari penggemar musik yang menyenangi musik konvensional, karena suara yang disonan dan irama yang tidak teratur membutuhkan konsentrasi dalam mendengar.

Kacapi

Kacapi merupakan alat musik Sunda yang dimainkan sebagai alat musik utama dalam Tembang Sunda atau Mamaos Cianjuran dan kacapi suling.
Kecapi yang biasa dimainkan dengan dua tanggan, tanggan yang sebelah kanan untuk memainkan iringan dan yang kiri untuk memainkan bassnya.
Dalam bahasa kecapi ada yang disebut dengan istilah catrik, yang memainkanya dengan jari telunjuk. Dan catrik ini biasanya digunakan untuk memainkan sebuah melodi dari pada kecapi itu sendiri.
Kata kacapi dalam bahasa Sunda juga merujuk kepada tanaman sentul, yang dipercaya kayunya digunakan untuk membuat alat musik kacapi.
Kecapi mempunyai titinada (laras pelog, slendro, madenda atua mataraman) yang tentunya menggunakan lima nada (pentatonic). Lagi-lagi tone yang dibutuhkan sesuai dengan lagu yang dimainkannya.
Bentuk
Rincian unsur nada dalam sebuah kacapi parahu.
Kacapi parahu adalah suatu kotak resonansi yang bagian bawahnya diberi lubang resonansi untuk memungkinkan suara keluar. Sisi-sisi jenis kacapi ini dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai perahu. Di masa lalu, kacapi ini dibuat langsung dari bongkahan kayu dengan memahatnya.
Kacapi siter merupakan kotak resonansi dengan bidang rata yang sejajar. Serupa dengan kacapi parahu, lubangnya ditempatkan pada bagian bawah. Sisi bagian atas dan bawahnya membentuk trapesium.
Untuk kedua jenis kacapi ini, tiap dawai diikatkan pada suatu sekrup kecil pada sisi kanan atas kotak. Mereka dapat ditala dalam berbagai sistem: pelog, sorog/madenda, atau salendro.
Saat ini, kotak resonansi kacapi dibuat dengan cara mengelem sisi-sisi enam bidang kayu. Rincian pawn-bridges pada sebuah kacapi parahu.
Kacapi rincik menjadi pengaya iringan musik dengan cara mengisi ruang antar nada dengan nada-nada tinggi.


Fungsi

Kacapi indung dan kacapi rincik.
Menurut fungsinya dalam mengiringi musik, kacapi dimainkan sebagai:
1. Kacapi indung atau kacapi induk
2. Kacapi rincik atau kacapi anak

Kacapi indung

Kacapi indung memimpin musik dengan cara memberikan intro, bridges, dan interlude, juga menentukan tempo. Untuk tujuan ini, digunakan sebuah kacapi besar dengan 18 atau 20

Kacapi rincik

Kacapi rincik memperkaya iringan musik dengan cara mengisi ruang antar nada dengan frekuensi-frekuensi tinggi, khususnya dalam lagu-lagu yang bermetrum tetap seperti dalam kacapi suling atau Sekar Panambih. Untuk tujuan ini, digunakan sebuah kacapi yang lebih kecil dengan dawai yang jumlahnya sampai 15.

Penalaan dan notasi

Kacapi menggunakan notasi degung. Notasi ini merupakan bagian dari sistem heptachordal pelog. Lihat tabel berikut:



Gambar Kecapi dan tone-nya






Mungkin maih banyak yang belum di tulis, tapi itulah sepengetahuan saya tentang waditra kecapi khususnya dari daerah Sunda.
Masukan dan komentar dari temen-temen diharapkan untuk membangkitkan lagi kiat saya mengenal tentang waditra kecapi ini.

Tujuan Didirikannya Waditra Ensemble sebagai Kelompok musik

Waditra Ensemble
adalah kelompok musik yang ingin menampilkan dan mencerminkan pikiran dan cara hidup orang serta kelompok, yang berhubungan dengan alam dan dengan segala elemen dasar konpleks budayanya.
adapun Program Latihan Waditra Ensemble:

1. Latihan kelompok berdasarkan komposisi musik yang sudah disepakati
2. Meditasi sebagai pengayaan batin/rasa dan pembebasan
3. Menyimak dan mencoba mengkritisi perunjukan musik
4. Diskusi dan asah musikalitas

Pola Keanggotaan Waditra Ensemble:

Keanggotaan penggiat bebas dan tidak mengikat. Namun lebih meniti beratkan pada komitmen; dalam wujud:
komitmen kelompok, yang berwujud intensitas latihan kelompok, diskusi musik/pembelajaran musik yang digagas kelompok, mampu bekerja team, adapun komitmen individu, yang berwujud intensitas latihan individu, mengasah wawasan musikalitas dan menggali eksperimentatif dan kemauan keras menggali musik negeri sendiri

Wujud Karya Waditra Ensemble:
1. Event pementasan tunggal maupun kolaborasi
2. Event special program di media publiki seperti: Televis dan Radio
3. Lauonching album rekaman dalam format audio(cd/kaset), maupun audio visual (vcd)

TUJUAN KEGIATAN Waditra Ensemble:

• Memperkenalkan kembali salah satu khazanah musik trdisi Indonesia
• Mensosialisasikan pesan-pesan spiritual dan kedamaian lewat musik
• Menawarkan bentuk baru pertunjukan musik dengan mengekplorasi musik tradisional dan western
• Sosialisasi dan peluncuran perdana Waditra Ensemble sebagai wahana kreatif musik baru